Satu Tindakan yang Menyelamatkan Dua Nyawa, Kado dr Ikram Syah Maulana untuk Indonesia

Instagram.com/Ikramsyah_maulana

Kalimat: lebih baik mencegah dari pada mengobati adalah kalimat yang mudah dipraktikkan jika konteksnya merujuk pada hal-hal yang mudah dilakukan. Namun, bagaimana jadinya jika tindakan mencegah ini ternyata sulit di lakukan?

Saya ingin membawa pembaca sekalian menyimak kisah inspiratif dari dr Ikram Syah Maulana. Seorang dokter yang tidak hanya menginspirasi karena profil pribadinya yang bisa lulus kedokteran dengan beasiswa dan dengan kondisi keluarga yang broken home.

Namun, juga menginspirasi seluruh masyarakat dan pejabat Indonesia untuk lebih peduli terhadap kesehatan seorang ibu hamil. Bicara ibu hamil, kita berarti berbicara tentang seorang perempuan yang tengah berbadan dua. Ada dua nyawa yang berada di dalam satu tubuh.

Sebelum kita melanjutkan kisah inspirasi beliau, saya ingin mengajak pembaca untuk memahami beberapa hal berikut:

Kembali ke topik mencegah lebih baik dari pada mengobati ternyata sulit dilakukan pada konteks tertentu. 

Saya bicara sulit bukan berarti tidak bisa. Hanya saja, di negara kita, tidak semua bisa dilakukan begitu saja. Ada batasan-batasan dan tantangan-tantangan tertentu yang membuat pencegahan menjadi sulit dilakukan.

Misalnya saja pencegahan risiko ibu dan anak - ibu hamil- meninggal dunia karena kondisi persalinan yang tidak biasa. Secara normal,  persalinan sebetulnya bisa dilakukan di rumah, toh, orang-orang zaman dulu juga bisa melakukannya. 

Namun, untuk beberapa kasus, persalinan normal sangat tidak dianjurkan. Mengapa? karena resikonya jelas: kematian salah satu dari ibu atau anak, atau kedua-duanya.

Untuk mencegah terjadinya kasus persalinan yang tidak normal (seharusnya ditangani dengan spesial, malah terpaksa dilakukan secara normal karena minimnya akses terhadap fasilitas kesehatan) pencegahan yang bisa dilakukan adalah ibu hamil rutin melakukan ultrasonografi (USG).

Dampak yang Terjadi Jika Ibu Hamil Tidak Melakukan USG Rutin Sebelum Persalinan

USG dalam konteks kehamilan adalah alat untuk memantau perkembangan janin dan memeriksa kesehatan atau kondisi orang tuanya si janin. Jika ada masalah dalam kandungan, alat ini bisa langsung mendeteksinya.

Selain itu, fungsi USG kehamilan juga banyak. Bisa memantau jenis kelamin, kondisi fisik, memantau posisi (normal atau sungsang), memeriksa kondisi plasenta, memeriksa air ketuban dan banyak manfaat lainnya.

Karena manfaat-manfaat tersebut, maka, USG seharusnya menjadi wajib dilakukan oleh Ibu hamil di mana pun ia berada. Karena jika tidak dilakukan, maka, beberapa dampak berikut sangat mungkin dialami oleh ibu hamil:

  • Kematian Janin dalam Kandungan atau dikenal dengan istilah Intrauterine Fetal Death (IUFD). Kondisi ini sederhananya adalah ibu tidak mengetahui bahwa janin di dalam kandungannya sudah tidak bernyawa. 
  • Preeklampsia yang tidak terdeteksi, maksudnya adalah kondisi ketika ibu mengalami tekanan darah tinggi, sehingga, aliran darah ke janin melalui plasenta jadi berkurang. Akibatnya pertumbuhan janin jadi terhambat atau janin tidak bernyawa lagi.
  • Komposisi struktural dan posisi janin beresiko, maksudnya adalah jika tidak dideteksi secara dini, ada kemungkinan posisi dedek bayi dalam posisi tidak normal (sungsang), terdapat kelainan letak plasenta, atau bisa saja tali pusar terlalu melilit bayi dalam kandungan.

Dampak-dampak mengerikan di atas akan menambah resiko kematian sang ibu jika pada saat persalinan, dilakukan dengan proses persalinan normal.

Sekali lagi, inilah kenapa ibu hamil harus rutin memeriksa kandungannya dengan melakukan USG. Minimal, dokter atau bidan bersalin akan menyiapkan tindakan-tindakan khusus untuk menangani dampak tersebut.

Akses Kurang Memadai tidak Menghalangi dr. Ikram Syah Maulana untuk Mengabdi 


Tangkapan Layar Instagram @Ikramsyah_maulana


USG adalah upaya mencegah yang lebih baik dilakukan dari pada "mengobati" proses persalinan yang tidak normal, namun masalah lalu muncul. Tidak Semua orang di Indonesia mendapatkan akses yang mudah untuk melakukan pengecekan USG.

Sebagai negara maritim, kita tahu Indonesia memiliki banyak sekali pulau-pulau di seluruh nusantara. Tidak semua pulau memiliki akses transportasi yang mudah seperti pulau-pulau besar Indonesia.

Contohnya di Pulau-pulau kecil di kepulauan Banda, Maluku. Minimnya akses antar pulau, menyebabkan adanya kesenjangan.

Akses kesehatan (khususnya) pemeriksaan kesehatan untuk ibu hamil di sana juga mendapatkan fasilitas yang belum bisa dikatakan memadai (minim USG).

Dari masalah akses yang kurang memadai ini, dr. Ikramsyah Maulana hadir memberikan solusi. Beliau mengangkat program USG keliling agar setiap ibu hamil dan calon anaknya yang berada di pulau-pulau terpencil 

Program tersebut sangat efektif mengurangi resiko persalinan yang salah. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, USG untuk ibu hamil sangat bermanfaat dan bisa mencegah hal yang tidak diinginkan.

Bukan hanya menyelamatkan satu nyawa, tetapi dua nyawa. Ibu dan anak sangat berpotensi selamat jika pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) di sana aktif memberikan pendampingan, khususnya pengecekan kesehatan di tahap-tahap krusial dengan pengecekan USG.

Belajar dari dr. Ikram Syah Maulana

Instagram.com/Ikramsyah_maulana

Perjuangan yang dilakukan oleh dr. Ikram Syah Maulana sejatinya merupakan akumulasi perjuangan beliau sejak dulu. 

Beliau besar dengan keluarga yang tidak utuh (broken home), inilah perjuangan awal yang membuktikan bahwa beliau bukan orang biasa. Lulus sekolah dengan nilai bagus, lalu bisa masuk perguruan tinggi dengan status sebagai mahasiswa bidikmisi.

Sekadar info, Bidikmisi adalah program yang khusus ditujukan kepada siswa-siswi terbaik yang sudah berjuang memberikan nilai maksimal di sekolah, tetapi tidak memiliki kekuatan finansial.

Mahasiswa yang mendapatkan beasiswa jalur Bidikmisi adalah mahasiswa yang dulunya adalah siswa pintar, tapi kurang mampu. 

Itulah dr. Ikram Syah Maulana, siswa SMA yang berjuang mendapatkan nilai bagus walaupun kondisi keuangan keluarganya tidak baik.

Tidak sampai di situ, beliau juga bisa lulus dengan nilai Cumlaude, mendapatkan beasiswa lanjutan dari pemerintah Provinsi Maluku Tengah, sehingga bisa lulus program koas juga dengan tanpa biaya. Lanjut sampai bisa menjadi dokter seperti sekarang juga dengan program beasiswa.

Perjuangan belajar dengan keuangan yang terbatas, nampaknya menjadikan dr. Ikram menjadi seorang yang sangat bersimpati terhadap keterbatasan lain. 

Di Kepulauan Banda, Maluku. Beliau melihat ada fasilitas yang terbatas di sana, dengan ilmu dan pengaruhnya, ia lantas menyulap hal yang sebelumnya tidak mungkin menjadi mungkin.

Program USG keliling pulau adalah program yang seharusnya bisa dilakukan oleh dokter dan pejabat lainnya yang berada di kondisi yang sama di tempat berbeda. Program USG keliling adalah kado yang diberikan dr. Ikram Syah Maulana untuk Indonesia.

Kita bisa belajar dari beliau melalui akun media sosialnya. Di sana tidak jarang beliau membagikan tips dan trik. Tentang bagaimana ia bisa menjadi dokter dengan biaya 0 rupiah juga ada di sana.

#APA2025-ODOP/PLM/BLOGSPEDIA

#SatukanGerakTerusBerdampak #KitaSATUIndonesia


Tangkapan Layar Instagram @ikramsyah_maulana










Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Beri Dukungan